Panjang
rambutnya hampir sampai di pinggul. Oh iya, rambutnya juga berwarna coklat
“merah taure", kata orang Ambon. Dia lalu membuat bando dari pita berwarna
merah putih dengan begitu manisnya. Lalu kita turun ke bagian wajahnya. Dia
memakai bulu mata, entah anti apa, yang begitu menarik. Di pipinya tertempel
bedak agak tebal, tak lupa juga lipstik merah menghiasi bibirnya. Di bagian
lehernya tergambar tato yang membuat dia sedikit terlihat nakal, tapi tetap
berakal. Beta juga tidak lupa tangan dan jari tanganya yang dihiasi dengan
perhisaan yang menawan.
Kemudian
di tengah kerumunan tersebut dengan tangannya yang lembut dia mengeluarkan
sebuah gula-gula (permen) dari tasnya yang berwarna hitam. Yang beta ingat, dia
mengambil gula-gula mentos yang berwarna putih, yang ketika dimakan terasa
segar di dalam mulut, sama seperti dia. Lalu dia merobek bungkusan gula-gula
mentos tersebut, dan membuka bibir merahnya dan memasukan gula-gula tersebut ke
dalam mulutnya. Dia lalu membuang bungkusan gula-gula tersebut ke dalam tasnya,
sayangnya bungkusan tersebut tidak sempat masuk ke dalam tasnya, tapi jatuh ke
atas aspal basah. Beta tetap memperhatikan dia.
Entah
angin apa, dengan wajahnya yang agak kesal, mungkin karena lelah berdiri, dia
lalu menunduk ke arah aspal, dan mengambil bungkusan gula-gula tersebut dan
memasukannya ke dalam tas. Meskipun ada bungkusan kecil dari gula-gula itu yang
dia tidak mengangkatnya, tapi aku seketika terkesima dan terpanah. Aku
terpanah.
Selepas
itu, orang banyak yang sejak awal datang telah memperhatikan dia dan
teman-temannya. Ada yang meminta foto, ada yang menatap dengan kasar, ada juga
turut mentertawakan mereka, baik karena mereka lucu ataupun karena mereka
dianggap hina. Entahlah. Yang aku ingat, dia dan teman-temannya dikatakan oleh
masyarakat umum sebagai wadam, waria, bencong, atau banci. Beta sendiri tidak
tertarik mengatakan dia dan teman-temannya demikian, beta lebih senang
mengatakan dia dan teman-temannya adalah orang-orang yang berbeda. Mungkin dia
hanya masih dalam pencariannya pada kehidupan. Yah begitulah dia.
Dia
berbeda, sama seperti beta juga. Dia unik, sama seperti beta juga. Dia berani,
sama seperti beta juga. Dia buang sampah pada tempatnya, sama seperti beta
juga. Dia tahu jaga lingkungan, sama seperti beta juga.
No comments:
Post a Comment