Seorang Penjual Diri Berbicara Dengan t(T)uhan

tuhan
sebenarnya
aku merasa tidak layak untuk
berbicara denganmu
hari ini aku menjual diri lagi
pada mereka yang nafsi
mataku terbuka
wajahku tegap
aku tidak mau tunduk
aku tidak mau merendah
aku tidak mau berlutut
aku tidak mau menyentuh lantai
dengan kepalaku
atau bahkan bertapa


karena jika engkau tuhan
kau tahu segalanya
maka kau tahu juga ketika
tubuhku dibelai oleh para nafsi
tubuhku dibelai orang
yang bahkan aku tidak kenal
tubuhku keji dengan tubuhku

tuhan,
satu yang paling aku benci
adalah kata cinta dari mereka para nafsi
aku tidak tahu
tapi aku jijik dengan perkataan cinta
aku mau muntah setiap kali mereka
berkata demikian
bibirku basah akan air mata
ketika mereka mencoba membelainya

tubuhku basah akan nafsu ketika malam tiba
dan saat pagi merekah
aku basah akan masa

tuhan,
aku berencana, insya allah,
oh iya kukatakan insyaallah 
karena begitu kata kitab suci
 “apa pun yang kamu lakukan 
dan mau harus dimulai dengan kehendaknya”

insyallah aku tidak berniat untuk masuk surga
aku munafik ketika menginginkannya
bagiku surga adalah halusinasi yang ditawarkan oleh para nafsi
aku tidak berniat masuk surga
maaf jika kau marah

tapi tuhan
aku juga tidak berniat
masuk neraka
aku manusia
manakala bara panas membakar
pastilah aku akan bersungut dan ingin lari
aku takut
dan kau yang ciptakan rasa takut itu

satu ketika, tuhan,
aku hampir mati
lalu aku ingat pada malam itu
ketika tubuhku berkeringat
nafasku memburu
pikiranku melayang
tubuhku keji pada tubuhku

lalu ketika aku pikir aku sudah mati
ternyata benar aku memang mati
m a t i
jiwaku

tuhan benar aku menjual diri
bahkan terkadang dengan harga rendah
banyak di antara mereka yang mengingkan aku dengan harga yang lumayan tinggi
tapi entahlah aku tidak mau membuat mereka menjadi kesulitan
karena hargaku
aku ingin membantu mereka
tapi aku bingung

pada masa
ketika yang seagama membantu seagama
sebangsa menolong sebangsa
seiman tersenyum pada seiman
sesuku, matimatian membantu sesuku
sementara itu
semanusia tidak membantu, menolong, tersenyum, pada semanusia
manusia itu harus seagama, sebangsa, seiman, sesuku baru sesuai standar sebagai manusia

sementara aku berbeda
aku dianggap tidak manusia oleh mereka yang ergama, beriman, bahkan bertuhan
aku sedikit jauh lebih rendah

aku memang rendah
bukan begitu tuhan?


sampai sini dulu tuhan,
soalnya aku sudah mulai bosan
dari tadi juga kau tidak berbicara

2 comments:

  1. Maksudnya gimana kak? Aku bingung, maaf ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, ini kan puisi jadi tiap pembacanya punya hak untuk menafsirkannya beda-beda. Jadi silahkan ditafsirkan yah. Terima kasih sudah mau membaca.

      Delete