#1“Mata Cipit"

(Yang Keliru Tentang 'Cina')


Sebenarnya beta ingin menulis ini sudah sejak Desember 2018 lalu, namun karena ketidakbaikan beta dalam mengatur waktu mengakibatkan imanjinasi tidak ternyatakan. Jadi, beta ingin memulai membahas #yangkelirutentangcina dengan tulisan berjudul “Mata Cipit”, selamat bercipit-cipitan (kedip-kedipan).
“Leng kali leng kali leng cina buta, awas anak kecil ditangkap cina buta, buta…” Setiap anak di Ambon yang dibesarkan dalam lingkungan yang tidak terlalu bersahabat dengan hp, gadget dan sejenisnya, pasti pernah memainkan permainan ini. Permainan ini bernama Leng Kali Leng. Entahlah sudah sejak kapan dimainkan, tidak ada catatan sejarahnya. Namun, satu hal yang dapat dipastikan adalah ketika permainan ini dimainkan pasti sudah ada orang “cina buta.”
Bagi beta sendiri ketika masih anak-anak, jika mendengar kata “cina buta” maka yang terpikir adalah mata yang cipit. Mata Cipit adalah sebutan (sindiran) atau panggilan bagi mereka keturunan Tionghoa atau Mandarin yang memiliki mata yang berukuran kecil, bahkan ada yang sangat kecil, sehingga seakan-akan hampir tertutup. Mungkin karena itu maka lahirlah sindiran “cina buta.” Entah “cina” siapa atau apa yang dimaksud dalam lagu tersebut, yang pasti “cina” tersebut dia “buta” dan mau menangkap anak kecil. Tanpa kita sadari, permainan ini turut “mempromosikan” bahwa “cina itu buta.” Sejujurnya bagi beta lagu Leng Kali Leng cendrung rasis. Beta bersyukur sudah tidak banyak anak-anak yang memainkan permainan ini.
Selain itu beta sendiri juga pernah bersikap “rasis” terhadap seorang teman keturunan Tionghoa. Beta “rasis” ketika menyapa dia dengan sebutan cipit, tetapi itu pun karena kami sudah sangat dekat, dan itu juga tidak dalam waktu yang lama, karena beta merasa tidak nyaman memanggil dia dengan sapaan itu.
Ketidaknyaman yang beta rasakan pada dasarnya disebabkan karena beta sadar bahwa tidak sopan dan tidak tepat memanggil seseorang berdasarkan keunikan fisiknya, karena dia memiliki nama. Sama seperti beta lebih senang orang memanggi beta Rico, Doris, Tampan, dll daripada dengan Hitam atau Memble (bibir tebal). Meskipun kenyataan beta hitam dan mempunyai bibir memble. Karena memanggil seseorang dengan cara tersebut, cenderung seperti menghina atau mengejek dan rasis. Apalagi jika itu berhubungan dengan keunikan fisik suatu bangsa/suku/ras.
Selain itu, beta juga tidak merasa nyaman dikarenakan mengatakan Cina mata cipit seakan-akan bahwa semua orang Cinta itu bermata cipit, dan siapa saja yang bermata cipit itu berasal dari Cina. Entahlah, tapi ketika kita berpikir bahwa semua orang bermata cipit itu Cina, atau setiap Cina itu bermata cipit, maka ada yang keliru tentang hal itu. Pertama beta sendiri kenal banyak Warga Negara Cina dan orang keturunan Tionghoa di Indonesia yang memiliki mata yang sama dengan ukuran beta mata. Kedua, beta juga kenal banyak orang bukan WN Cina yang bermata cipit - seperti orang Korea, Jepang, Vietnam, Kamboja, Indonesia dan sebagainya. Bahkan beta punya seorang teman dari Jawa yang matanya memang berukuran lumayan kecil.
Pada intinya yang beta ingin sampaikan adalah, kita mesti melihat seseorang secara utuh, dan tidak terfokus pada keunikan fisik/identitasnya, tapi terfokus pada keunikan jiwa individu yang tidak terlepas dari identitas dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar