Pakaian Untuk Nelayan

Sepulang perjalanku dari Nusa Luat aku banyak berpikir tentang para nelayan. Di Nusa Laut, tepatnya di Negeri Abubu dan Negeri Akoon, aku tinggal di rumah nelayan. Dan aku selalu merasa kasihan kepada mereka, karena kulit mereka menghitam atau menjadi merah akibat terbakar matahari. Bahkan ada sebagian dari mereka yang kulitnya sudah menjadi kering hingga “karepu”. Selain itu, kapal yang mereka gunakan juga sangat sederhana sehingga tidak menunjang untuk membiayai hidup keluarga secara menyeluruh. Peralatan mereka juga sangat sederhana, sehingga tidak heran jika sebagian nelayan kulit telapak tangan sering tersayat akibat tasik (benang) yang mereka pakai. Dan masih banyak hal lainnya yang menyayat hatiku saat tinggal bersama mereka. Tetapi satu hal yang paling menarik dari kehidupan para nelayan adalah mereka selalu dengan gampang untuk mengucap syukur. Bahkan begitu hidup bahagia dengan filosofi hidup “secukupnya”

Aku selalu bingung, ada sebagian besar orang yang mengatakan bahwa pekerjaan nelayan adalah pekerjaan yang bukan pekerjaan, maksudku begini: sama seperti dengan petani, banyak orang tua dan pemuda yang menggagap bahwa percuma kuliah atau sekolah tinggi jika kemudian ingin jadi nelayan atau petani. Lebih baik jadi pegawai. Hal ini berbanding terbalik jika kita melihat negara Jepang. Memang aku belum pernah ke Jepang, tetapi jika kita menonton berita-berita atau film-film tentang Jepang, banyak yang menceritakan tentang kehidupan para nelayan yang begitu diagung-agungkan. Bahkan ada sebuah acara tv Jepang yang menunjukan bagaimana para nelayan pergi memancing ikan dengan begitu menyenangkan. Sehingga kadang para nelayan lebih dihormati. Ini juga merupakan salah satu alasanya aku ingin ke Jepang untuk belajar tentang hal itu.


Aku selalu bermimpi bagaimana suatu saat di masa mendatang, nelayan-nelayan di Indonesia, di maluku, di Nusa Laut, di Seram, di Aru, di Kei, di seluruh Maluku, tidak menjadi nelayan yang identik dengan kulit hitam, kulit memerah, kuku kaki yang rusak, telapak tangan yang banyak luka. Lalu menangkap ikan dengan peralatan yang lebih baik lagi. Salah satu cara untuk mewujudkan impianku ini, adalah dengan mencari atau mendesain suatu pakaian khusus untuk nelayan. Pakaian itu harus menutup seluruh tubuh mereka, tetapi tidak menimbulkan panas (kapanasan) bagi kulit mereka tetapi tetap mereka merasa sejuk, kemudian jika mereka melaut di malam hari mereka tidak kedinginan. Begitu pun dengan sepatu mereka, sepatu mereka harus sepatu yang sejuk tetapi tidak membuat kuku kaki menjadi gampang rusak. Kemudian, mungkin mereka bisa menggunakan lotion tubuh dan lain-lainnya termasuk juga kaca mata untuk menghidari mereka dari kerusakan mata (katarak) akibat terik matahari. Entah, aku hanya bermimpi tentang hal ini.


Satu hal yang membuat aku bingung, bagaiman peran dari mahasiswa-mahasiswa yang khusus kuliah di bidang perikanan atau kelautan. Entah, seperti yang aku katakan di atas, kita harus merubah konsep berpikir kita, nelayan dan petani adalah suatu pekerjaan.


Ambon, 22 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar